Pegiat Literasi

Jumat, 23 November 2018

SEPENGGAL KISAH "BEDENG PAK JENDERAL"

Secara visual saya pikir tempat ini tidak asing bagi warga asli Cimahi dan sekitarnya. Bagi orang-orang yang lahir pada era 80’n sepertinya pernah menjadi saksi sejarah kemunculan bangunan ini. Bangunan ini memang terlihat tidak luas, tapi jika dilihat dari sisi yang tepat bangunan ini memang terlihat mencolok. Kadang membuat orang penasaran untuk melihat sisi dalam bahkan menerka-nerka apakah bangunan ini memiliki sejarah panjang atau tidak, ada juga yang beranggapan “asa teu kudu nyaho, da biasa wae”.

(Latar depan bedeng Pak Jenderal, Sumber: Machmoed Mubarok)

Pada era 70-90n, Kota Cimahi masih merupakan bagian Kabupaten Bandung yang secara revolutif menjadi kotif sampai pada akhirnya menjadi kota otonom tahun 2001. Perkembangan Kota tidak secepat Kota Bandung tempo dulu. Wilayah yang dekat dengan pusat Kota Cimahi atau dulunya  dekat dengan Jalan Pos (http://nl.wikipedia.org/wiki/Grote_Postweg) masih merupakan hamparan sawah yang luas dan jauh dari kesan keramaian, termasuk wilayah sekitar bangunan ini. Hingga pada akhirnya perkembangan kota yang begitu pesat memasuki era 90n membuat sebagian pelataran bangunan ini menjadi bagian dari prasarana pendukung transportasi dan fasilitas publik lainnya.

(Foto latar depan era 70n, Sumber: Komang Lutfianto)

Sekarang bangunan yang secara arsitektur pagarnya mirip candi ini menyelinap diantara jongko-jongko semipermanen yang letaknya persis ada di sebelah barat persimpangan Cihanjuang/ke arah Borma. Jika kita lihat jejak visual bangunan dekade 70n menunjukkan adanya pelataran yang amat luas yang mencirikan itu kompleks bangunan milik orang “besar”. Orang dulu menyebut tempat ini sebagai “bedeng” karena ada petak-petak lahan yang dibuat bangunan dan beberapa bangunan merupakan bangunan tua. Pemiliknya merupakan keluarga mantan Pangdam III Siliwangi yaitu Pak Sadikin, sehingga bagi beberapa orang mengenal bangunan ini sebagai bedeng Pak Sadikin, karena kebetulan jasad beliaupun dimakamkan disini.
Dikutip dari cerita rekan-rekan di media sosialnya, tempat ini sering diajikan tempat main dan temoat ngojay (berenang). Ketika itu banyak anak-anak kecil yang memanfaakan balong untuk berenang dan berlarian sambil memainkan layang-layang diantara pematangnya. Beberapa balong yang lumayan dalam ketika itu cukup mencemaskan orang tua terhadap aktivitas anak-anaknya. Makanya para orang tua jaman dulu sering “nyingsieunan” anak-anaknya yang bermain disekitar balong dengan berteriak “awas aya Pa Jenderal jang!”. Sosok Pa Jenderal tentara besar yang berlatar belakang tentara memang menjadi alasan mengapa anak-anak ketika itu nurut ke orang tuanya untuk tidak bermain sembarangan di sekitar balong.


Bangunan ini merupakan bagian kecil dari sejarah panjang Kota Cimahi. Minimnya artikel yang memuat informasi tentang bedeng” Pak Jenderal menjadi tantangan bagi kita untuk mencari literatur dan jejak visual yang relevan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SIMPALAK, BUAH BERACUN PENUH MANFAAT

SIMPALAK, BUAH BERACUN PENUH MANFAAT Selepas sholat Jumat ketiga pada bulan November ini, pandangan mata saya tertuju pada seorang p...

Postingan