Pegiat Literasi

Selasa, 27 November 2018

Selamat HARI GURU NASIONAL 2018!



PESAN UNTUK GURUKU

*F.Y. Prihadi

Ahad, 25 Nov. 2018
Pagi itu, lapangan Rajawali-Kota Cimahi begitu riuh oleh suara ribuan manusia dengan beragam corak warna yang digunakan. Personil kepolisian, TNI, Dishub, dan Pamong Prajapun terlihat berjajar menempati beberapa spot untuk mengamankan situasi di sekitar lapangan. Saat itu udara berselimut embun yang mendinginkan suhu Kota Cimahi yang juga memunculkan kekhawatiran apakah akan hujan atau tidak karena hari itu akan diadakan gerak jalan sehat kukurilingan Cimahi. Dengan mengorbankan waktu terbaik bersama keluarga di rumah, kami semua larut dalam kegembiraan bersama rekan-rekan satu profesi. Kami semua berkumpul mewakili sekolah masing-masing tetapi tetap mengusung panji-panji guru republik indonesia. Bagi kami, dapat merayakan hari besarnya atau paling tidak bisa bersilaturahmi dengan rekanan guru lainnya merupakan suatu kebahagiaan tersendiri yang tak akan dirasakan tiap saatnya.
Hari itu merupakan hari dimana peringatan hari guru dan ulang tahun persatuan guru Republik Indonesia dilaksanakan. Pada kegiatan perayaan HGN 2018-ke 73 tersebut semua peserta diajak merenungkan kembali makna pendidikan bagi peradaban bangsa, pembentukan sikap, dan upaya daya saing global. Guru diingatkan kembali bahwa manusia sebagai bagian dari masyarakat global tak akan lepas dari arus deras perubahan peradaban secara fundamental.
Moment HGN edisi kali ini lebih juga menekankan pada revolusi pendidikan dalam menyongsong era industri berbasis teknologi dan keterbukaan informasi. Era revolusi indutri 4.0 abad 21 tentunya menjadi tantangan pendidikan modern. Indonesia sebagai negara besar tentunya mengalami imbas yang cukup masif. Pada situasi dan kondisi seperti inilah stakeholders pendidikan di indonesia dituntut untuk menyikapi secara bijak. Arus teknologi dan informasi tentunya dapat menjadi tantangan tersendiri bagi sistem pendidikan, khususnya pada tingkat satuan sekolah. Tantangan ini dimaksudkan akan ada sejumlah ancaman namun bisa pula menjadi peluang yang positif bagi bangsa ini. Tantangan dan peluang tentunya harus dimanifestasikan dalam bentuk sistem pendidikan yang menjadikan guru menjadi garda terdepannya.
Jika menimbang ancaman, peluang dan tantangan, maka probabilitasnya akan sama. Kita tentunya menjadi saksi hidup betapa teknologi berperan terhadap pola hidup masayarakat. Perubahan orientasi jelas sudah terlihat, dahulu budaya berkomunikasi dua arah menjadi hal yang sudah biasa. Masyarakat terbiasa ngobrol dan menghasilkan suatu pemikiran tajam hasil dari obrolan. Namun realita sekarang berbanding terbalik, anak-anak sudah dikenalkan pada gadget yang menjadikan sikap anti sosial (phubbing) lebih dominan. Kenyataan bahwa manusia sebagai homo social dan homo political zoon sudah semakin pudar karena modernitas yang gagap kita sikapi. Lagi-lagi disinilah peran guru amatlah penting menyelaraskan perkembangan jaman dengan peradaban yang semestinya terbentuk.
Pendidikan sendiri sejatinya dapat diterminologikan sebagai upaya untuk membawa perubahan pada diri manusia, perubahan dalam hal peradaban, karakter bangsa, solidaritas, soliditas, dan daya saing global. Pendidikan bagaikan antidot segala macam perubahan yang dianggap ngawur dan tak terbendung, begitu pula peran sentral pendidik tak akan pernah tergantikan oleh modernisasi semasif apapun. Pendidik menjadi lentera ditengah kegelapan dunia, istilah kegelapan dunia menjadi makna konotatif yang sama artinya dengan degradasi etika, moral, dan norma yang dialami oleh peserta didik selaku pemegang tongkat estafet dari pendiri bangsa. Kata kunci yang perlu kita pegang adalah character building, karena sejatinya pendidikan tidak hanya mencetak orang pintar secara intelegensi, namun perlu ada penguatan karakter yang baik, seperti religius, mandiri, gotong royong, dan nasionalis (disingkat:remagonasi).  Maka ingatlah bahwa kemajuan peradaban bangsa akan sangat ditentukan oleh sistem pendidikan yang baik sebagai porosnya. Tak ada salahnya jika kita menyalahkan pendidikan ketika ada sesuatu yang kontraproduktif seperti sikap tak santun anak dalam menghormati orang tuanya, kenakalan remaja yang kelewat batas, dan literasi yang rendah. Karena itu sistem pendidikan yang dinamis dengan muatan kurikulum yang relevan dengan jaman menjadi kebutuhan mutlak, dan itu akan diperankan oleh guru.













 Foto: Guru-guru SMAN 1 Cimahi, diambil saat HGN 2018 (dok. Pribadi)


Guru tak ubahnya lentera yang merubah pelita menjadi semakin terang. Guru juga bagai pena emas tiap coretannya selalu berharga. Segala atribut pada diri guru menjadi suatu kehormatan dan kemuliaan yang tiada ternilai. Namun momen HGN juga menjadi momen yang tepat untuk menilik kisah guru indonesia. Realita pendidikan kita sungguh jauh dari harapan, khususnya permasalahan abdi negara yang berstatus guru honorer di pelosok negeri nan jauh dari kesejahteraan. Profesi mulia tersebut tak serta merta dilirik oleh para penentu kebijakan negeri ini. Padahal ibarat kata tanpa memandang status, mereka jualah yang berjasa membangun generasi cerdas, mulia, dan beradab. Penulis membaca pada portal berita BBC News Indonesia bahwasanya penghargaan guru diluar negeri seperti cina, india, dan ghana sangatlah besar. Hal ini juga dibuktikan dengan realita bahwa dorongan orangtua kepada anaknya untuk menjadi gurupun sangat besar. Memang sangat naif ketika kita hanya memandang penghargaa guru di indonesia hanya dengan materi, toh penghargaan secara non materiil akan jauh lebih bernilai. Namun kisah pilu ini tak perlu dijelaskan panjang lebar. Masih banyak pekerjaan mulia yang dapat guru lakukan ketimbang memikirkan kebijakan dan mengkritik dan mencaci pemimpin bangsa melalui cuitan di media sosial. Ingatlah bahwa jutaan senyum siswa jua yang akan menjadi suplemen penambah semangat bekerja dan berkarya untuk bangsa ini. Yakinlah akan tersemat doa dibalik ceria mereka... Biarlah beribu kisah tentang guru terangkum pada satu bingkai.yang mewarnai perjalanan panjang sejarah bangsa ini. Agar kelak generasi penerus dapat belajar bahwa perjuangan mulia guru-guru tanah air tidaklah mudah.
Tanpa guru, lautan dalam tak dapat kami selami, samudera yang luas tak dapat kami arungi, bintang di langit yang tinggi tak dapat kami raih. SELAMAT HARI GURU!... Jasamu akan terukir abadi di hati sanubari kami. Doa tulus kami untuk kalian wahai guru, semoga kesehatan dan perlindungan dari Alloh selalu menaungimu....Semoga Alloh Selalu Memuliakanmu...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SIMPALAK, BUAH BERACUN PENUH MANFAAT

SIMPALAK, BUAH BERACUN PENUH MANFAAT Selepas sholat Jumat ketiga pada bulan November ini, pandangan mata saya tertuju pada seorang p...

Postingan